Jakarta, CNN Indonesia --
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi belum lama ini mengeluarkan kebijakan larangan study tour untuk sekolah-sekolah negeri di provinsi yang dipimpinnya.
Kebijakan itu menuai pro dan kontra. Dedi menyebut bahwa kebijakan larangan study tour karena membebani orangtua siswa, terutama yang berasal dari keluarga kurang mampu.
Pria yang akrab disapa Demul ini menerangkan bahwa banyak orangtua terpaksa berutang atau menjual barang berharga demi membiayai perjalanan study tour anaknya. Beberapa pihak meminta Dedi Mulyadi mengkaji ulang larangan study tour.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, apa sebenarnya study tour? Apa manfaatnya bagi siswa?
Kegiatan study tour atau yang juga dikenal dengan karyawisata biasanya diadakan institusi pendidikan. Kegiatan ini dianggap lebih dari sekadar perjalanan rekreasi bagi para siswa, tetapi juga memberikan pengalaman pendidikan yang berbeda.
Study tour yang diikuti para siswa biasanya digelar saat menjelang kelulusan sekolah di Indonesia.
Mengutip Pedoman Penyelenggaraan Study Tour yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kota Bekasi, kegiatan study tour adalah bentuk kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah dan dikelola oleh Komite Sekolah.
Penyelenggaraan study tour pun wajib dibahas dalam agenda rapat yang melibatkan komite sekolah, kepala sekolah, dewan guru, dan orangtua/wali Siswa.
Tujuan dari study tour adalah untuk meningkatkan dan memperluas wawasan siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mendorong siswa agar lebih aktif dan mengeksplorasi materi pelajaran secara lebih nyata.
Selain itu, siswa dilatih dalam pembuatan karya tulis ilmiah yang dapat dijadikan sebagai rujukan pembelajaran. Melalui study tour, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan diri untuk menggali informasi terkini seputar objek wisata yang dikunjungi serta berperan aktif dalam memajukan budaya.
Sesuai dengan pedoman tersebut pula terdapat larangan bahwa kegiatan study tour tidak boleh memaksakan atau mewajibkan siswa untuk mengikuti study tour.
Di sisi lain, Pengamat Pendidikan, Ubaid Matraji menyebut bahwa dalam penyelenggaraan study tour, institusi pendidikan sebaiknya lebih berfokus pada refleksi diri dan pengembangan minat serta bakat siswa.
Dengan begitu, kata Ubaid, study tour dapat memberikan manfaat yang lebih dengan biaya yang sudah dikeluarkan oleh para siswa. Terlebih, study tour biasanya diadakan untuk acara perpisahan siswa ketika akan lulus.
Menurut dia, para siswa lebih membutuhkan kegiatan study tour yang dapat memberi bekal dalam menyambut pendidikan lebih tinggi. Seperti dikutip Antara, Ubaid menyarankan kegiatan study tour mesti dipersiapkan dari seluruh aspek, terutama dari segi keamanan dan keselamatan siswanya.
(wiw)