Ilustrasi.
JAKARTA – Israel sedang mempertimbangkan aneksasi di Tepi Barat yang diduduki sebagai kemungkinan respons terhadap pengakuan Prancis dan negara-negara lain atas negara Palestina, menurut tiga pejabat yang mengetahui masalah ini.
Perluasan kedaulatan Israel ke Tepi Barat—aneksasi de facto atas tanah yang direbut dalam perang Timur Tengah 1967—masuk dalam agenda rapat kabinet keamanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu (31/8/2025) malam yang diperkirakan akan berfokus pada perang Gaza, ujar seorang anggota lingkaran kecil menteri.
Belum jelas di mana tepatnya langkah semacam itu akan diterapkan dan kapan, apakah hanya di permukiman Israel atau beberapa di antaranya, atau di wilayah tertentu di Tepi Barat seperti Lembah Yordan, dan apakah akan ada langkah konkret, yang kemungkinan akan memerlukan proses legislatif yang panjang setelah diskusi.
Setiap langkah menuju aneksasi di Tepi Barat kemungkinan akan menuai kecaman luas dari Palestina, yang menginginkan wilayah tersebut untuk negara masa depan, serta negara-negara Arab dan Barat. Belum jelas sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait masalah ini. Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri belum segera menanggapi permintaan komentar.
Kantor Netanyahu tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai apakah perdana menteri mendukung aneksasi dan jika ya, di mana.
Janji Netanyahu sebelumnya untuk mencaplok permukiman Yahudi dan Lembah Yordan dibatalkan pada tahun 2020 demi normalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain dalam apa yang disebut Perjanjian Abraham yang ditengahi oleh Trump pada masa jabatan pertamanya.