Israel Serang Reaktor Nuklir Iran di Arak

4 hours ago 4

CNN Indonesia

Kamis, 19 Jun 2025 17:18 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --

Israel menyerang reaktor air berat (heavy water reactor) milik Iran, Arak, dalam Operasi Rising Lion-nya pada Kamis (19/6).

Kantor berita milik pemerintah Iran, IRIB, melaporkan dua proyektil telah menyasar fasilitas nuklir tersebut sekitar pukul 06.00 pagi waktu setempat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, tidak ada kerusakan serius maupun deteksi radiasi imbas serangan tersebut.

"Reaktor nuklir di wilayah Arak Iran telah diserang, termasuk struktur yang menyegel reaktor, yang merupakan komponen utama dalam produksi plutonium," kata seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), seperti dikutip CNN.

"Serangan itu dilakukan terhadap komponen yang dimaksudkan untuk menghasilkan plutonium, demi mencegah kemampuannya untuk digunakan kembali dalam produksi senjata nuklir," lanjut juru bicara IDF.

Serangan terhadap Arak ini dilancarkan setelah Israel menargetkan tiga fasilitas nuklir Iran, yakni Natanz, Isfahan, dan Fordow, dalam operasinya sejak 13 Juni lalu. Bukan cuma itu, Israel juga membunuh sejumlah ilmuwan nuklir terkemuka Teheran dalam serangan ini.

Reaktor Arak merupakan salah satu fasilitas nuklir Iran yang terletak di dekat Kota Khondab, Provinsi Markazi.

Arak merupakan reaktor air berat dengan kapasitas termal 40 megawatt yang dirancang untuk menggunakan uranium alami sebagai bahan bakar, dan air berat (deuterium oxide) sebagai moderator dan pendingin.

Terlepas dari tujuannya sebagai fasilitas penelitian, reaktor Arak cukup kontroversial karena memiliki potensi untuk menghasilkan plutonium sebagai produk sampingan dalam bahan bakar bekas, yang bisa dipakai untuk senjata nuklir jika diproses ulang.

Oleh sebab itu, Arak menjadi fokus dari Kesepakatan Nuklir Iran 2015 yang meminta Teheran mendesain ulang Arak menjadi fasilitas penelitian damai yang tidak bisa lagi memproduksi plutonium untuk senjata.

Iran awalnya setuju dan menjalankan reaktor dengan pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Namun, setelah AS menarik diri dari kesepakatan pada 2018, Iran menangguhkan protokol tambahan pada 2021 dan membatasi akses IAEA terhadap reaktornya.

(bac/blq/bac)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |