Kemarau Basah Berpotensi Terjadi Lagi Tahun Depan, Ini Pemicunya

15 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kemarau basah berpotensi kembali terjadi pada musim kemarau 2026 mendatang.

"Kemarau basah seperti tahun ini bisa terulang, terutama jika transisi dari musim hujan ke kemarau tidak tegas atau dipengaruhi oleh faktor lain seperti IOD negatif," ujar Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (7/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Guswanto kemarau basah tersebut berpotensi terjadi lagi karena ada kemungkinan munculnya La Nina lemah akhir 2025. Fenomena tersebut diprediksi bertahan hingga awal tahun depan. 

Guswanto menjelaskan fenomena ini memberikan dampak utama berupa peningkatan curah hujan dan potensi musim hujan yang lebih panjang di banyak wilayah Indonesia.

Prediksi tersebut muncul, berdasarkan sebagian kecil model iklim global.

"Durasi La Nina diperkirakan berlangsung hingga awal tahun 2026, meskipun kondisi ENSO secara umum tetap netral sepanjang 2025," jelas Guswanto.

Meski La Nina tidak akan terjadi dengan intensitas ekstrem, ia menyebut fenomena ini akan tetap berpengaruh pada pola hujan dan musim.

Di Indonesia, La Nina sendiri akan berdampak pada peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah, khususnya pada musim hujan yang tengah terjadi saat ini.

Kemudian, La Nina juga menyebabkan musim hujan datang lebih awal di 294 zona musim (ZOM) atau sekitar 42,1 persen wilayah Indonesia, termasuk sebagian besar wilayah selatan dan timur.

Puncak musim hujan sendiri diperkirakan akan terjadi antara November hingga Desember untuk Indonesia bagian barat, dan antara Januari hingga Februari 2026 untuk Indonesia bagian selatan dan timur.

"Durasi musim hujan 2025/2026 diprediksi lebih panjang dari biasanya, meskipun akumulasi curah hujan secara umum berada dalam kategori normal (tidak ekstrem basah atau kering)" tuturnya.

Musim hujan diperkirakan bisa terjadi lebih panjang hingga awal pertengahan 2026, khususnya di wilayah timur Indonesia.

Dikarenakan adanya potensi kemarau basah, 2026 berpotensi diwarnai hujan sepanjang tahun.

BMKG mencatat bahwa 67 persen wilayah Indonesia berpotensi mengalami curah hujan tahunan lebih dari 2.500 mm, termasuk Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Merespons fenomena ini, BMKG mengeluarkan beberapa rekomendasi, seperti pemanfaatan musim hujan yang lebih awal untuk percepatan masa tanam bagi sektor pertanian.

Untuk pemerintah daerah dan masyarakat, BMKG mengimbau untuk selalu waspada terhadap potensi banjir dan longsor, terutama di wilayah rawan.

Sementara itu, otoritas pengelolaan air dan infrastruktur diimbau unutuk menyiapkan diri menghadapi kemungkinan hujan berkepanjangan.

Pada tahun ini, curah hujan cukup tinggi terjadi di sejumlah wilayah pada musim kemarau, menandakan fenomena kemarau basah.

Laporan BMKG dalam Prediksi Musim Kemarau 2025 di Indonesia menyebutkan sebanyak 185 ZOM (26 persen wilayah) mengalami musim kemarau dengan sifat atas normal.

"Wilayah-wilayah ini diprediksi akan menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya," demikian laporan BMKG dalam Prediksi Musim Kemarau 2025 di Indonesia.

Kemarau basah sendiri merupakan kondisi ketika hujan masih turun secara berkala pada musim kemarau atau kemarau yang bersifat di atas normal. Musim kemarau di Indonesia identik dengan cuaca panas dan minim hujan, tapi dalam fenomena ini, intensitas hujan masih tergolong tinggi meski frekuensi menurun.

(lom/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |