Kemendag dan Google Luncurkan Gemini Academy, Dorong UMKM Go Global

7 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI bersama Google Indonesia resmi meluncurkan Gemini Academy, program pelatihan berbasis kecerdasan buatan (AI) yang ditujukan untuk memperkuat kapasitas ekspor pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Kali ini, program inovatif tersebut hadir di Yogyakarta sebagai bagian dari penguatan Program UMKM BISA (Berani Inovasi Siap Adaptasi) Ekspor.

Menteri Perdagangan Budi Santoso, yang akrab disapa Busan, menyampaikan bahwa kolaborasi ini menjadi langkah strategis untuk mempersiapkan UMKM bersaing di pasar global. Terutama dengan memanfaatkan teknologi AI.

"Melalui Gemini Academy, UMKM dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami tren pasar, menganalisis data secara cepat, serta menyusun strategi ekspor yang lebih efektif," ujar Mendag Busan dalam sesi 'Ask to Busan' di Universitas Gadjah Mada, Sleman (23/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Ask to Busan' dikemas dengan dialog interaktif antara Mendag dengan peserta dan panelis. Dalam sesi ini, Mendag menjawab sejumlah pertanyaan dari para peserta terkait kiat UMKM dalam menembus pasar ekspor.

Selain itu, Mendag juga menjelaskan tentang program pendampingan penjajakan kerja sama bisnis (business matching) yang bertujuan membantu UMKM menjalin kemitraan dengan pelaku usaha di luar negeri. Melalui inisiatif ini, UMKM dapat meningkatkan daya saing dan memperluas jangkauan pasar global.

Perwakilan Google Indonesia, Isya Hanum menyampaikan, Indonesia merupakan negara pertama di dunia yang memiliki program pelatihan Gemini Academy khusus untuk UMKM. Begitu juga Kemendag merupakan mitra pertama Google dari sisi pemerintah dalam pelaksanaan program ini.

"Kami sangat bangga meluncurkan Gemini Academy di Indonesia. Indonesia adalah negara pertama di dunia yang memiliki program pelatihan Gemini Academy khusus untuk UMKM, dan Kemendag merupakan mitra pertama kami dari sektor pemerintahan di Indonesia.

Isya berharap, program ini membantu bisnis menjadi lebih produktif, efisien, dan menjangkau lebih banyak pelanggan di seluruh negeri maupun dunia.

Ferika, mahasiswi manajemen UGM yang ikut serta, menyebut program ini membuka wawasannya soal dunia bisnis berbasis teknologi. Menurutnya, program ini sangat relevan dengan perkembangan teknologi saat ini dan dapat diterapkan oleh pelaku UMKM.

Tak hanya pelatihan, acara ini juga diwarnai dengan penandatanganan kerja sama antara Kemendag, Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, dan Universitas Negeri Yogyakarta. Kolaborasi ini menjadi wujud nyata komitmen bersama dalam mendukung transformasi digital UMKM Indonesia.

"Melalui perjanjian kerja sama ini, Kemendag siap bersinergi dengan universitas untuk mengembangkan kapasitas sumber daya manusia bagi pelaku UMKM berorientasi ekspor," tutur Busan.

Diketahui Gemini Academy merupakan program pelatihan berbasis AI yang dirancang Google untuk membantu pelaku usaha, terutama UMKM, dengan memanfaatkan teknologi seperti machine learning, analisis data, dan pemasaran. Program Gemini Academy di Yogyakarta diikuti lebih dari 1.000 peserta, baik secara luring maupun daring.

Peserta terdiri atas mahasiswa, pengusaha UMKM, serta pemerintah. Di UGM, program ini mengambil tema "From Local to Global Mastering Digital Export with Gemini". Acara ini menghadirkan tiga pembicara berpengalaman di bidang ekspor, yaitu pemilik Puthic.id Nissa Khoirina, CTO Sheo Home Living Reza
Monoarfa, serta Eksportir dan Key Opinion Leader TEI 2025 Dewi Harlas.

Para narasumber berbagi wawasan dan pengalaman dalam membangun usaha yang berorientasi ekspor serta cara memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan pasar internasional. Program Gemini Academy menjadi sangat relevan mengingat besarnya potensi UMKM Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada 2024, jumlah UMKM di Indonesia mencapai lebih dari 65 juta unit usaha. Usaha-usaha ini tersebar di berbagai sektor seperti perdagangan, manufaktur, pertanian, jasa, kuliner, fesyen, kerajinan tangan, hingga teknologi digital.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 37,79 persen atau sekitar 24,56 juta UMKM telah memasuki pasar niaga elektronik. Sementara sebanyak 15,7 persen atau sekitar 10,3 juta UMKM telah melakukan ekspor ke pasar global.

(ory/ory)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |