KUR BRI Bantu UMKM Sleman Kembangkan Olahan Kelor ke Pasar Nasional

3 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Berawal dari dapur rumahnya di Desa Hargobinangun, Sleman, Siti Fatimah berhasil mengangkat daun kelor menjadi aneka produk pangan yang tak hanya digemari, tapi juga menembus pasar hingga luar daerah.

Melalui usaha rumahan bernama Pawon Teges, Siti membuktikan bahwa bahan lokal yang sering kali dianggap sepele, dapat menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan, terlebih dengan dukungan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI.

Perjalanan bisnis Siti dimulai pada 2018 ketika mengikuti lomba masak olahan lokal yang diselenggarakan Dinas Pertanian Sleman. Dari ajang tersebut, ia mulai tertarik mengeksplorasi potensi daun kelor yang selama ini diabaikan warga sekitar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Butuh waktu delapan bulan bagi Siti untuk menemukan resep yang pas hingga lahirlah produk perdana berupa minuman cincau kelor, yang langsung mendapat respons positif dari pasar.

Namun, perjalanan bisnisnya tak selalu mulus. Saat usahanya mulai berkembang, pandemi Covid-19 melanda dan menghentikan hampir seluruh aktivitas ekonomi.

Dengan 1.000 batang kelor sudah ditanam dan salah satu tenant di food court telah disewa, Siti sempat kebingungan melanjutkan usahanya.

"Saya pun mencari siasat, di mana daun kelor yang makin banyak itu saya keringkan, lalu saya bikin tepung dan teh kelor yang punya daya tahan lama, diikuti dengan produk bakso kelor dan tahu bakso kelor untuk konsumsi harian yang dititipkan ke lapak-lapak di pasar," ujarnya.

Perlahan tapi pasti, berbagai produk dari Pawon Teges mulai dikenal lebih luas. Saat ini, pasarnya telah merambah ke sejumlah daerah seperti Jakarta, Tangerang, Malang, Bondowoso, bahkan hingga Sulawesi dan Papua.

Produk teh dan tepung kelor pun menjadi favorit bagi konsumen penderita darah tinggi dan kolesterol karena manfaat kesehatannya.

Di balik pencapaian tersebut, Siti mengakui peran penting Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI dalam menjaga stabilitas alur kas usahanya, terutama saat pandemi Covid-19. Menurutnya, akses modal ini menjadi angin segar ketika bisnis mengalami pasang surut.

"Awalnya pinjaman KUR dari Rp10 juta, kemudian naik Rp25 juta sampai Rp50 juta. Pokoknya, total yang saya dapat itu Rp250 juta. Dana itu sangat membantu untuk pengembangan produk dan operasional saya," jelas dia.

Di samping menyediakan akses pembiayaan, BRI juga memberikan ruang bagi produk Pawon Teges untuk lebih dikenal masyarakat luas. Salah satunya melalui kolaborasi dalam event bazaar kunjungan pemerintah, di mana teh kelor Pawon Teges terpilih sebagai souvenir acara.

Di sisi lain, Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi, menegaskan bahwa kisah sukses Siti merupakan contoh nyata keberhasilan pengusaha mikro yang mampu bangkit dan berkembang melalui pemberdayaan dari BRI.

"BRI terus berkomitmen mendukung pengusaha UMKM melalui akses pembiayaan yang mudah dijangkau. Melalui program KUR, kami berharap dapat membantu para pengusaha memperluas skala bisnis dan meningkatkan kualitas produk agar lebih berdaya saing di pasar yang semakin kompetitif," tuturnya dalam keterangan tertulis, Kamis (22/5).

Kisah Siti Fatimah membuktikan bahwa dengan ketekunan, inovasi, dan dukungan akses modal yang tepat, usaha mikro berbasis komoditas lokal dapat berkembang menjadi bisnis yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi perekonomian keluarga maupun masyarakat sekitar.

(rir)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |