Sekjen PBB Tegaskan Tolak Rencana Israel untuk Kendalikan Bantuan Gaza (Reuters)
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menolak usulan baru Israel untuk mengendalikan pengiriman bantuan di Gaza.
1. Sekjen PBB Tolak Rencana Israel Kendalikan Bantuan Gaza
Ia mengatakan hal itu berisiko "lebih jauh mengendalikan dan membatasi bantuan secara kejam hingga ke kalori dan tepung terakhir."
"Saya tegaskan. Kami tidak akan berpartisipasi dalam pengaturan apa pun yang tidak sepenuhnya menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan, kemanusiaan, ketidakberpihakan, kemandirian, dan kenetralan," kata Guterres kepada wartawan, melansir Reuters, Kamis (10/4/2025).
Tidak ada bantuan yang telah dikirim ke daerah kantong Palestina yang berpenduduk sekitar 2,1 juta orang itu sejak 2 Maret. Israel mengatakan tidak akan mengizinkan masuknya semua barang dan perbekalan ke Gaza sampai militan Palestina Hamas membebaskan semua sandera yang tersisa.
Bulan lalu, Israel kembali membombardir Gaza setelah gencatan senjata selama dua bulan dan mengirim pasukan kembali ke daerah kantong itu.
"Gaza adalah medan pembantaian – dan warga sipil berada dalam lingkaran kematian yang tak berujung," kata Guterres.
Ia pun kembali menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera, gencatan senjata permanen, dan akses kemanusiaan penuh di Gaza.
"Dengan ditutupnya titik penyeberangan ke Gaza dan blokade bantuan, keamanan menjadi kacau dan kapasitas kami untuk mengirim telah dicekik," katanya.
"Sebagai kekuatan pendudukan, Israel memiliki kewajiban yang tegas berdasarkan hukum internasional – termasuk hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia internasional," kata Guterres.
Artinya, Israel harus memfasilitasi program bantuan dan memastikan standar makanan, perawatan medis, kebersihan, dan kesehatan masyarakat di Gaza, katanya.
"Semua itu tidak terjadi hari ini," ucapnya.
Israel mengatakan tidak menjalankan kontrol efektif atas Gaza dan karenanya bukan kekuatan pendudukan.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, sejak Oktober 2023, lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan militer Israel.
(Erha Aprili Ramadhoni)