Sri Mulyani Bedah Siasat Perang Dagang China-AS di Tengah Gencatan

6 hours ago 1

CNN Indonesia

Jumat, 23 Mei 2025 20:47 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani membedah siasat China dan AS dalam menjalani perang dagang di tengah 'gencatan senjata'. Menteri Keuangan Sri Mulyani membedah siasat China dan AS dalam menjalani perang tarif di tengah 'gencatan senjata'. ( ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga).

Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani membedah siasat China dan AS dalam menjalani perang dagang di tengah 'gencatan senjata'.

Kedua negara itu memang tengah meredam perang dagang dengan menurunkan tarif impornya. AS memotong tarifnya untuk China dari 145 persen ke 30 persen, sebaliknya Tiongkok memangkas tarif untuk Amerika dari 125 menjadi 10 persen.

"Namun, suasananya, meskipun ini tanda yang membaik dibanding kondisi pengumuman tarif awal, ini belum selesai. Jadi, dunia masih akan melihat dampaknya," wanti-wanti Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (23/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia kemudian membedah strategi AS dalam menjalani perang tarif. Misalnya, The Fed yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuan pada level 4,25 persen-4,50 persen.

Wanita yang akrab disapa Ani itu mengatakan kebijakan moneter yang dilakukan AS berguna untuk meredam inflasi. Pasalnya, ancaman itu masih tetap tinggi meski sudah ada penundaan 90 hari dalam perang tarif AS Vs China.

"Kita juga melihat AS masih melanjutkan proses negosiasi dan memiliki pemihakan target untuk industri-industri tertentu di bawah Presiden Trump (Presiden AS Donald Trump)," bebernya.

"(Trump) ingin industri farmasi, semikonduktor, critical mineral, crane & kapal, produksi seafood, truk, dan pesawat akan ditingkatkan. Ditarik investasinya agar membuka pabrik atau manufakturnya di AS," sambung Ani.

Di lain sisi, ia menyinggung manuver China melalui Bank Sentral RRT memutuskan memangkas suku bunga sebesar 10 basis point (bps). Tiongkok juga menurunkan required reserved ratio 50 bps.

Sang Bendahara Negara melihat China ingin membuat stimulus melalui kebijakan moneter. Pasalnya, ada tekanan dari tarif Amerika yang mengancam pelemahan ekonomi sehingga perlu dilakukan countercyclical.

[Gambas:Video CNN]

(skt/agt)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |