Bos Badan Gizi Ungkap Alasan Keracunan MBG Sering Terjadi di Jabar

2 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkap penyebab utama maraknya kasus keracunan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jawa Barat.

Berdasarkan kajian tim BGN, wilayah seperti Garut, Cianjur, Bandung Barat, dan Sleman termasuk daerah endemik dengan kadar nitrit tinggi dalam bahan pangan akibat praktik pertanian yang berlebihan menggunakan nitrogen.

"Masalah lebih banyak di Jawa Barat, Garut, Cianjur, Bandung Barat dan Sleman. Itu daerah endemik karena kadar nitritnya cukup tinggi. Kemungkinan disebabkan praktik budidaya petani yang terlalu banyak memberikan nitrogen sehingga kandungan nitrit di tanaman juga tinggi," kata Dadan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (12/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan kadar nitrit yang tinggi tak hanya ditemukan dalam air, tetapi juga dalam buah dan sayuran hasil panen.

Di Bandung Barat, misalnya, tiga anak dilaporkan mengalami gangguan pencernaan setelah mengonsumsi melon yang diduga mengandung nitrit berlebih. Kasus serupa juga terjadi pada konsumsi sayuran segar yang dipasok dari wilayah pertanian sekitar.

"Di Bandung Barat itu bahkan ada tiga anak yang mengalami gangguan pencernaan hanya karena makan melon. Jadi kemungkinan memang ada kandungan nitrit di melon tersebut, termasuk juga pada sayuran," ujarnya.

Dadan menyebut tingginya kadar nitrit tersebut menjadi perhatian serius karena wilayah Jawa Barat merupakan salah satu lumbung bahan baku bagi program MBG. Untuk itu, BGN kini tengah melakukan konsolidasi di daerah-daerah endemik guna mencegah kasus serupa terulang.

Langkah ini melibatkan mitra Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), Kepala SPPG, ahli gizi, serta perwakilan DPR.

"Kami sedang melakukan konsolidasi di daerah yang mengalami masalah. Di Bandung Barat, seluruh mitra dan kepala SPPG kami kumpulkan, bersama ahli gizi dan wakil ketua DPR yang ikut memberikan penjelasan," ucapnya.

Dadan menambahkan BGN juga tengah memperkuat pemantauan kualitas bahan baku di tingkat petani dan memperbaiki sistem pengawasan dapur umum MBG. Ia memastikan langkah cepat ini dilakukan agar pasokan makanan tetap aman dikonsumsi para penerima manfaat.

Dalam paparannya, Dadan menyebut total kasus keracunan akibat MBG telah mencapai 11.640 korban hingga November 2025, mencakup 211 kejadian di berbagai daerah. Angka ini setara dengan 48 persen dari total kasus keracunan pangan nasional yang berjumlah 441 kejadian.

Dari jumlah tersebut, 636 korban dirawat inap, sedangkan 11.004 dirawat jalan. Kasus terbanyak tercatat di wilayah Jawa dengan 7.925 korban, disusul kawasan timur 1.907 korban, dan wilayah Sumatera 1.808 korban.

BGN juga mencatat adanya selisih data dengan Kementerian Kesehatan, yang melaporkan total 13.371 penerima manfaat mengalami gangguan kesehatan terkait MBG, dengan 638 pasien rawat inap dan 12.755 rawat jalan.

Kendati demikian, Dadan memastikan secara umum program MBG berjalan baik. Sejak Januari hingga November 2025, BGN telah memproduksi 1,8 miliar porsi makanan bergizi untuk anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita di seluruh Indonesia.

"Sampai hari ini kita sudah memproduksi total 1,8 miliar porsi makan, dan alhamdulillah sebagian besar berjalan dengan baik," ucapnya.

[Gambas:Video CNN]

(del/dhf)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |