Kenapa Trump Tak Mampir ke Israel saat Tur Timur Tengah?

8 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Berbagai spekulasi bermunculan usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan tak mampir ke Israel dalam lawatannya ke Timur Tengah.

Sejak 13 Mei, Trump memulai kunjungan kenegaraan ke sejumlah negara Arab, yakni Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA). Ini merupakan kunjungan resmi pertamanya sebagai Presiden AS, setelah singgah sebentar di Italia dan Vatikan untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.

Lawatan Trump ini dijadwalkan berlangsung hingga 16 Mei. Namun, hingga hari ini, tak ada tanda-tanda Trump akan sowan ke Israel maupun bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, Trump sempat meluangkan waktu untuk bertemu singkat dengan Presiden interim Suriah Ahmed Al Sharaa di Arab Saudi.

Absennya Israel dalam daftar kunjungan Trump ini cukup tidak biasa. Pasalnya, saat periode pertamanya menjabat dahulu, Trump bertolak ke Negeri Zionis dalam lawatan pertamanya sebagai presiden. Kunjungan itu terjadi pada 22-23 Mei 2017.

Pemerintah Israel saat ini cuma bungkam melihat sekutu utamanya lalu-lalang di sekitarnya tanpa mampir.

Sejumlah pengamat pun menduga ada perselisihan tak kasat mata maupun perbedaan prioritas dalam hubungan AS dan Israel belakangan.

"Trump jelas bertekad untuk bergerak maju dengan agenda transaksional, perdagangan, dan investasi," kata mantan wakil petugas intelijen nasional AS untuk Timur Tengah, Jonathan Panikoff, seperti dikutip Reuters.

"Jika masalah politik atau keamanan tradisional yang selama ini selalu dikoordinasikan erat oleh AS dan Israel tidak sejalan dengan prioritas Trump, dia akan tetap melanjutkannya bagaimana pun juga," lanjut dia.

Sejak dilantik, Trump telah menunjukkan tekad untuk membuat terobosan di sektor perekonomian AS. Kunjungannya ke negara-negara Teluk yang kaya ini pun makin menguatkan asumsi bahwa Trump memang ingin memfokuskan agenda bisnisnya.

Israel tentu tak bisa berkutik jika sudah menyangkut kepentingan nasional AS. Meskipun gelisah, Israel hanya bisa memantau pergerakan Trump yang mendekati negara-negara yang masuk dalam daftar merahnya.

Israel sejak lama menuding Qatar membantu milisi Hamas Palestina. Sebelum ini, Trump juga membuat Tel Aviv was-was karena memutuskan berhenti menyerang Houthi Yaman, milisi yang dibekingi Iran yang notabene musuh bebuyutan Israel.

Israel juga cuma bisa diam menyaksikan AS bernegosiasi dengan Hamas demi membawa pulang hidup-hidup Edan Alexander, warga AS terakhir yang disandera Hamas di Gaza.

Bungkamnya Israel bahkan masih harus berlanjut ketika Trump bertemu dengan Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa di Arab Saudi, di mana ia meminta Damaskus segera rujuk dengan Israel. Selama ini, Israel memandang rezim baru Suriah sebagai jihadis yang tak menyamar.

Meski diisukan merenggang, pejabat pemerintahan Trump menegaskan bahwa hubungan AS dan Israel masih tetap erat. Trump sendiri juga telah menepis kabar ketidakharmonisan AS-Israel karena ia melewati Negeri Zionis.

Dalam pernyataan kepada wartawan, Trump menyampaikan lawatannya ke Timur Tengah justru demi Israel karena akan menguntungkan Negeri Zionis.

"Ini baik untuk Israel. Memiliki hubungan seperti yang saya miliki dengan negara-negara ini, negara-negara Timur Tengah, dan semuanya," ucap Trump.

Meski begitu, pejabat pemerintahan Trump mengakui bahwa belakangan memang ada kefrustrasian dalam menghadapi Israel, khususnya Netanyahu, jika menyangkut konflik di Jalur Gaza.

Trump sejak awal telah berjanji akan membawa perdamaian bagi Gaza jika ia memimpin. Namun, usahanya terhalang karena Netanyahu keras kepala ingin memusnahkan Hamas.

Pemerintahan Trump saat ini pun disebut ingin Netanyahu bekerja lebih keras untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera.

(blq/dna)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |