Jakarta, CNN Indonesia --
Mobil listrik memang sedang naik daun dalam beberapa tahun terakhir, apalagi setelah Tesla dan produsen lain mobil China muncul menawarkan harga murah. Tapi tahukah Anda, kendaraan bertenaga listrik ternyata sudah ditemukan sejak tahun 1830-an, jauh sebelum mesin bensin merajalela?
Penemuan ini dilakukan oleh Robert Anderson, ilmuwan asal Skotlandia, yang berhasil menciptakan kendaraan bertenaga listrik sederhana pada 1832. Meski sangat jauh dari kecanggihan mobil listrik modern, inovasi ini menjadi pijakan awal dari evolusi panjang mobil listrik yang sempat tenggelam, namun kini bangkit lagi sebagai harapan masa depan transportasi dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awal abad ke-20, mobil listrik sempat menjadi primadona. Di Amerika Serikat, kendaraan ini bahkan lebih diminati dibanding mobil berbahan bakar bensin.
Alasannya sederhana, mobil listrik saat itu lebih mudah dikendarai, tidak berisik, dan tidak perlu susah payah mengganti gigi.
Tingginya harga bensin kala itu juga mendorong masyarakat memilih kendaraan listrik yang dianggap lebih ekonomis. Bahkan, tokoh besar seperti Thomas Edison tertarik dengan teknologi ini dan ikut mendukung pengembangannya.
Namun, semua itu tak bertahan lama. Masuk ke era 1910-an, tren berubah drastis. Penemuan ladang minyak baru membuat bensin menjadi sangat murah dan mudah diakses.
Kehadiran mobil Ford Model T yang harganya jauh lebih terjangkau ikut membuat kendaraan listrik tersingkir dari pasar.
Bangkit lagi karena krisis minyak
Meski sempat menghilang, mobil listrik mulai dilirik kembali pada era 1960-an dan 1970-an. Saat krisis minyak global melanda, perhatian publik tertuju pada alternatif transportasi yang lebih hemat dan tidak bergantung pada bahan bakar fosil.
Momen penting lainnya terjadi saat manusia pertama kali menginjakkan kaki di bulan pada 1969. Kendaraan yang digunakan astronaut untuk menjelajah permukaan bulan adalah buggy listrik dan itu langsung memberi citra canggih pada mobil listrik.
Titik balik terbesar datang dari penemuan baterai lithium-ion oleh ilmuwan Inggris, M. Stanley Whittingham, pada 1970-an. Baterai jenis ini menjadi fondasi utama baterai mobil listrik masa kini, meskipun saat itu teknologi pendukung lainnya belum sepenuhnya siap, termasuk soal jarak tempuh dan kecepatan.
Memasuki akhir abad ke-20, perkembangan teknologi semakin pesat. Perangkat seperti komputer, ponsel, dan internet menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal ini memberi dorongan besar pada para insinyur untuk menyempurnakan mobil listrik.
Pada 1997, Toyota merilis Prius sebagai mobil listrik hybrid pertama yang dipasarkan secara massal di Jepang. Kesuksesan Prius ditopang oleh kenaikan harga bahan bakar dan meningkatnya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat.
Lompatan besar terjadi saat Tesla hadir di awal 2000-an. Perusahaan ini berhasil menggabungkan teknologi ramah lingkungan dengan desain mewah dan performa tinggi. Mobil listrik kini bukan cuma solusi, tapi juga menjadi tren yang diinginkan konsumen.
(job/fea)