Jakarta, CNN Indonesia --
Mana yang lebih efektif untuk membakar lemak dan menurunkan berat badan, lari atau jalan cepat? Olahraga kardio memang ampuh membakar lemak. Namun dokter menyarankan agar memahami dua hal yang jadi kunci efektivitas olahraga guna menurunkan berat badan.
Menurunkan berat badan sering dikaitkan dengan olahraga kardio. Dua aktivitas yang paling banyak dipilih adalah lari dan jalan cepat (brisk walk). Ada yang menganggap, lari lebih efektif bakar lemak daripada jalan kaki cepat.
Akan tetapi, ada pula yang menganggap sebaliknya. Lantas, mana yang tepat?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi dari Eka Hospital Bekasi Yohannes Toban Layuk Allo mengatakan, jawaban atas pertanyaan tersebut tidak sesederhana lari lebih baik dari jalan atau sebaliknya.
Pasalnya, kunci dari efektivitas latihan terletak pada pemahaman tentang zona denyut jantung (heart rate) dan tujuan olahraga itu sendiri.
"Lari memang bisa melatih kapasitas jantung, tetapi kalau tujuannya untuk menurunkan berat badan maka, yang penting adalah berada di zona pembakaran lemak yang tepat," ujar Yohannes dalam keterangannya, Senin (26/5).
Yohannes menekankan bahwa pembakaran lemak paling efektif terjadi pada zona dua denyut jantung. Pada zona ini tubuh dalam kondisi panas tapi tidak berada di intensitas tinggi.
Dia memberikan contoh orang berusia 40 tahun memiliki zona pembakaran lemak pada denyut jantung sekitar 120 bpm (beats per minute). Dalam kasus ini, jalan kaki cepat bisa mencapai zona tersebut. Namun kalau lari kencang, malah melewati zona itu dan beralih ke sistem metabolisme lain yang tidak dominan membakar lemak.
"Kalau jalan cepat heart rate mencapai 120, itu sudah cukup. Malah kalau masa lari, itu sudah nggak bakar lemak. Jadi goal-nya enggak tercapai," jelasnya.
Perhatikan beban sendi
Selain soal efektivitas pembakaran lemak, Yohannes juga mengingatkan pentingnya memperhatikan beban pada sendi, terutama bagi individu dengan berat badan berlebih.
"Semakin besar berat badan, maka beban ke sendi juga makin besar. Forcenya juga makin tinggi. Jadi sambil menurunkan berat badan, nanti pace-nya juga akan naik secara bertahap," ujarnya.
Jalan cepat pun menjadi pilihan yang lebih aman dan berkelanjutan karena memberikan tekanan lebih rendah pada lutut dan pergelangan kaki dibandingkan lari.
Ilustrasi. Selain efektivitas latihan, dokter juga mengingatkan soal beban pada sendi terutama pada mereka yang memiliki berat badan berlebih. (Shutterstock)
Ia menambahkan, jangan langsung berhenti mendadak setelah berolahraga dengan intensitas tinggi, kecuali dalam kondisi darurat. Turunkan heart rate secara perlahan untuk menghindari risiko pusing atau pingsan.
Sementara itu, jika tujuan utama Anda adalah menurunkan berat badan dengan aman dan efektif maka, jalan cepat bisa menjadi pilihan yang lebih tepat dibandingkan lari. Dengan catatan, tetap perhatikan indikator seperti usia, detak jantung, dan kondisi fisik pribadi.
Akan tetapi, jika Anda ingin meningkatkan kebugaran jantung atau berlari sebagai hobi maka, lakukan secara bertahap dan tetap awasi denyut jantung Anda.
"Dengan pendekatan yang tepat, penurunan berat badan bukan hanya soal berlari lebih cepat, tetapi berolahraga dengan cerdas dan aman sesuai kebutuhan tubuh Anda. Jalan cepat bukan berarti lambat menuju hasil, justru itu bisa jadi cara paling efektif memulainya," katanya.
(tis/els)