CNN Indonesia
Rabu, 15 Okt 2025 09:20 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Australia tengah menyelidiki sebuah situs web yang mengungkap nomor ponsel Perdana Menteri Anthony Albanese dan sejumlah pejabat serta tokoh di Negeri Kanguru lainnya.
Situs berbasis di Amerika Serikat itu dapat diakses secara gratis untuk uji coba dan mengklaim memiliki jutaan nomor ponsel hingga alamat email para profesional di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Perdana Menteri Richard Marles mengatakan pemerintah telah mengetahui keberadaan situs tersebut dan telah mengambil langkah untuk menindaklanjuti temuan nomor-nomor tersebut.
"Kami telah memberi tahu pihak berwenang dan saat ini prosesnya sedang berjalan, namun tentu saja ini menjadi perhatian," ujarnya seperti dikutip ABC Net.
Kepolisian Federal Australia (AFP) juga telah secara resmi meminta agar data kontak perdana menteri dihapus dari situs tersebut, sementara lembaga lain bekerja untuk meminimalkan dampak bagi anggota parlemen lainnya.
Laporan pertama mengenai hal ini disampaikan oleh Ette Media, yang salah satu pendirinya, Antoinette Lattouf, juga menjado korban nomor pribadinya dipublikasikan di situs itu.
Stasiun televisi ABC memilih untuk tidak menyebut nama situs tersebut demi menghindari penyebaran lebih lanjut data pribadi para korban, namun mengonfirmasi bahwa setidaknya beberapa nomor yang dicantumkan benar adanya.
Belum diketahui sejak kapan informasi itu tersedia secara daring, tetapi tim Perdana Menteri Albanese disebut telah mengetahui masalah ini sejak bulan lalu.
Perdana Menteri Negara Bagian New South Wales, Chris Minns, yang juga dilaporkan nomornya ikut dipublikasikan, mengatakan ia baru mengetahui hal itu pagi tadi, Rabu (15/10).
Ia menyebut sejauh ini belum ada yang mencoba menghubunginya untuk "bercanda," namun tetap menyoroti kekhawatiran atas terbukanya data pribadi di ruang publik.
"Kami ingin memastikan bahwa data tersebut terlindungi, tetapi inilah kenyataan zaman sekarang - teknologi berkembang sangat cepat," ujarnya.
"Kecerdasan buatan memungkinkan pihak-pihak tak bertanggung jawab mengakses informasi yang sebelumnya sulit dijangkau. Kita semua harus lebih waspada dalam melindungi data pribadi kita, karena ini hanyalah salah satu dari banyak kasus serupa."
Situs tersebut mengklaim menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memindai media sosial, portal pekerjaan, dan situs lain guna mengumpulkan detail kontak yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh perusahaan maupun profesional.
ABC telah menghubungi pihak situs untuk meminta tanggapan namun belum menerima respons.
(rds)