Sambal Kawani Tembus Ekspor, UMKM Lokal Go Global Berkat Rumah BUMN

1 day ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Sambal Kawani, merek sambal kemasan asal Jakarta, sukses menembus pasar ekspor dengan membawa cita rasa autentik Indonesia ke mancanegara. Dari dapur kecil rumah makan ayam goreng, kini Sambal Kawani telah mengirimkan ribuan botol ke Taiwan dan tengah membidik pasar Asia lainnya seperti Malaysia dan Singapura.

Daniel Hendra, sang pemilik, menceritakan bahwa pandemi Covid-19 menjadi titik balik dari perjalanan usahanya. Sebelum pandemi, Daniel mengelola rumah makan ayam goreng di kawasan Kelapa Gading dengan omzet hingga Rp3,5 juta per hari.

"Namun, saat pandemi mulai meluas, orang-orang bekerja dari rumah dan food court jadi sepi. Pemasukan menurun drastis," kenang Daniel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tengah keterpurukan itu, Daniel menyadari bahwa sambal khas buatannya tetap dicari pelanggan. Momen itulah yang menginspirasi perubahan arah usaha untuk meraih peluang baru.

"Turning point-nya pada saat Covid-19 sudah mulai balik, orang mulai makan di luar lagi. Dan saat orang datang untuk makan ayam kita, ternyata mereka suka sambalnya. Dengan begitu, kita berpikir untuk fokus ke sambal aja," ujar Daniel.

Seiring waktu, Daniel menyadari bahwa sambalnya tidak hanya digemari oleh pelanggan lokal, tetapi juga oleh mereka yang merindukan cita rasa masakan rumahan Indonesia.

Momen tersebut membuat Daniel berpikir ulang tentang cara agar sambalnya dapat menjangkau lebih banyak orang. Dari sinilah ide untuk memproduksi sambal kemasan muncul, menghadirkan rasa autentik masakan rumah khas Indonesia bagi siapa pun, termasuk diaspora yang merindukan kampung halaman.

"Kami sadar, orang suka sambalnya. Jadi, kenapa tidak dijual terpisah saja? Dari situ, kami mulai produksi sambal dalam kemasan," tambahnya.

Keputusan itu terbukti tepat. Hasilnya, tidak hanya diterima di pasar lokal, Sambal Kawani berhasil mencatatkan ribuan botol pesanan dari Taiwan setiap pemesanan. Daniel juga terus mengembangkan produknya menjadi 18 varian rasa, seperti sambal ikan roa, cakalang, cumi, oseng iga, teri pete, hingga chili oil.

"Tahun ini, permintaan dari Taiwan tidak hanya untuk sambal bawang, tetapi juga untuk varian rasa baru. Oleh karena itu, kami mulai mengembangkan lebih banyak varian rasa sambal yang sesuai dengan selera pasar," ungkap Daniel.

Upaya pengembangan varian sambal ini terbukti efektif dalam mendorong penjualan. Daniel mengungkapkan bahwa omzet saat ini mencapai puluhan juta rupiah, tergantung pada musim penjualan dan permintaan pasar, baik ekspor maupun lokal.

Potensinya terus tumbuh seiring dengan ekspansi pasar yang terus dilakukan. Melihat peluang besar di pasar Asia, Daniel mulai mengincar negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura.

Keputusan ini bukan tanpa dasar. Berdasarkan data diaspora Indonesia di luar negeri, permintaan terhadap produk makanan khas Indonesia cukup tinggi, terutama di Singapura dan Amerika Serikat.

Saat ini, kata Daniel, permintaan dari negara-negara tersebut masih bersifat jastip (jasa titip). Daniel optimistis ke depan dapat memperoleh pesanan dengan sistem bulking.

Lebih lanjut, dia menyebut bahwa kesuksesan Sambal Kawani tidak terlepas dari dukungan Rumah BUMN BRI Jakarta, yang diikutinya sejak 2022. Melalui program tersebut, Daniel mendapatkan wawasan baru tentang branding, strategi digitalisasi, hingga pengelolaan keuangan.

"Biasanya di grup tersebut ada sesi sharing dengan topik berbeda yang sangat berguna untuk pengembangan usaha kita, mulai dari digital marketing, manajemen konten, hingga pengurusan sertifikasi halal," ujarnya.

Pada kesempatan terpisah, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan bahwa BRI tidak hanya memberikan dukungan pembiayaan, tetapi juga pemberdayaan yang membantu usaha lokal memahami strategi pemasaran dan memperluas jaringan untuk meningkatkan penjualan mereka.

"Peran aktif Rumah BUMN Jakarta dalam mendukung UMKM ini selaras dengan komitmen BRI dalam memberdayakan pelaku usaha melalui program pelatihan dan pendampingan," tuturnya.

"Rumah BUMN tidak hanya sekadar menjadi tempat pertemuan, tetapi juga menjadi pusat pengembangan kapasitas dan kapabilitas yang membantu UMKM," pungkas Hendy.

(ory/ory)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |