RI Negosiasi Tarif Impor Trump. (Foto: Okezone.com/Reuters)
JAKARTA - Akademisi dan Praktisi Bisnis Rhenald Kasali mengatakan solusi untuk menghadapi tarif impor Donald Trump bukan sekadar diplomasi biasa. Indonesia perlu menata ulang strategi dari dalam negeri, bukan hanya sekedar negosiasi dengan Amerika Serikat (AS).
"Banyak yang berpikir bahwa ketika negara seperti Amerika menaikkan tarif, cukup kirim delegasi untuk bernegosiasi. Tapi dalam kenyataannya, proses itu jauh lebih kompleks," kata Rhenald, dikutip dari Instagramnya, Minggu (6/4/2025).
Menurutnya, dibutuhkan kerja tim yang matang. Kemudikan melakukan reformasi aturan di dalam negeri, dan penawaran konkret yang bisa membuat Amerika tertarik membuka kembali keran perdagangan.
“Negosiasi itu bukanlah sekedar kita datang kirim orang, terus kemudian ngomong sama mereka. Nggak begitu,” ujarnya.
1. Siapkan Tawarannya
Menurut Rhenald, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengetahui apa yang ingin dicapai dari negosiasi. Dalam hal ini, Indonesia ingin agar tarif untuk produk ekspor kita diturunkan agar kembali kompetitif di pasar AS.
“Yang kita minta itu adalah turunkan tarif agar eksportir Indonesia bisa kembali mengirim produknya ke sana," kata rhenald.
Namun, permintaan saja tidak cukup. Indonesia harus bisa menunjukkan nilai tambah apa yang bisa kita berikan sebagai timbal balik yang masuk akal.
2. Akses Pasar Dalam Negeri sebagai Kartu Tawar
Indonesia merupakan pasar besar bagi produk pertanian AS seperti kedelai, gandum, dan jagung. Ini bisa dijadikan poin tawar. Indonesia bisa mengarahkan impor hanya dari Amerika untuk menunjukkan komitmen dagang.
“Kita bilang, eh kita impor kedelai dari anda cukup besar. Dan sekarang kita akan abaikan impor dari negara lain.” ujarnya.
Langkah seperti ini bisa dilakukan secara teratur, terutama karena banyak importasi masih dikendalikan swasta, sehingga pemerintah perlu hadir untuk mengatur arah kebijakan.
3. Belanja Pemerintah Bisa Diarahkan ke AS
Belanja alat kesehatan, yang sebagian besar dikelola oleh pemerintah, bisa diprioritaskan untuk produk dari Amerika jika memang kualitas dan teknologinya tinggi.
“Sekarang kita lihat ada kebijakan namanya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). Nah ini harus kita review kembali,” ujarnya.
Dengan mengarahkan pembelian pada produk AS, posisi Indonesia dalam negosiasi akan semakin kuat.