20 Orang Pembawa Spanduk Persikas Diamankan Setelah Diomeli Demul

1 day ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Sebanyak 20 pemuda yang membentangkan spanduk penolakan Persikas Subang dijual dan disemprot oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sempat diamankan oleh polisi dan telah dipulangkan.

Kasat Reskrim Polres Subang AKP Bagus Panuntun mengatakan bahwa puluhan pemuda itu langsung diamankan di lokasi setelah diomeli Dedi Mulyadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihak kepolisian menyebut bahwa mereka dibawa ke Mapolres Subang untuk diperiksa dan didata. Setelah itu, mereka langsung dipulangkan.

"Sebagian dari mereka langsung dipulangkan malam itu juga. Namun ada beberapa yang dipanggil kembali keesokan harinya karena pemeriksaan belum selesai dan sebagian orang tua sulit dihubungi," kata AKP Bagus seperti diberitakan detikJabar, Kamis (29/5).

"Setelah proses pendataan selesai, seluruh suporter tersebut kini telah dikembalikan ke orang tua masing-masing dan sudah diperbolehkan pulang," katanya.

Puluhan orang tersebut menyelak acara Nganjang Ka Warga saat Dedi bertemu warga di Ciasem, Subang, pada Rabu (28/5) malam. Mereka menyelak dan membentangkan spanduk bertuliskan "Selamatkan Persikas".

Dedi Mulyadi kemudian mengomeli anak-anak muda tersebut dan menilai mereka tidak beradab karena mengadakan protes terkait Persikas Subang yang dijual. Protes tersebut dilakukan kala Dedi tengah berbincang dengan warga.

Melihat acara tersebut diganggu, Dedi Mulyadi pun marah besar. Dalam video yang viral di media sosial, mantan bupati Purwakarta tersebut langsung mengomeli mereka.

Lewat unggahan di media sosial, Kamis (29/5), Dedi menyebut emosinya yang meledak pada malam itu karena merasa acaranya diganggu oleh sekelompok orang yang ia nilai tak memiliki adab. Dedi tidak menampik, jika apa yang terjadi akan dipelintir oleh segelintir orang. Namun Dedi tidak keberatan akan hal tersebut.

Bahkan dalam unggahan pada Jumat (30/5), Dedi Mulyadi menuding ada kekuatan politik di balik protes anak-anak muda tersebut. Apalagi mengingat bahwa klub tersebut sudah dikelola secara profesional oleh perusahaan yang juga profesional.

"Mereka terkoordinasi dengan baik, membentangkan spanduk yang direncanakan dengan baik, dan di antara mereka ada yang masih berstatus SMP," kata Dedi.

[Gambas:Instagram]

"Ini yang saya sesalkan, kenapa saya sesalkan? Karena kekuatan politik di balik ini adalah kekuatan politik yang menggunakan sepak bola sebagai bagian dari kekuatan politik."

"Untuk itu, enggak boleh politisi praktis menggunakan sepak bola sebagai kekuatan politik, apalagi mempolitisi anak-anak kecil yang usianya masih remaja," papar Dedi.

"Selain itu juga, saya menduga, mereka sebagian ada yang minum dulu. Nah ini yang saya sesalkan. Semoga, mereka, para politisi, yang main-main di wilayah ini, hentikanlah cara-cara berpolitik buruk dengan menggunakan anak-anak remaja untuk mengekspresikan kekecewaan dirinya," katanya.

(end)

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |