Sekjen KAJ Beber Obrolan dengan Kardinal Suharyo Sebelum Conclave

16 hours ago 6

CNN Indonesia

Rabu, 07 Mei 2025 21:24 WIB

Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Adi Prasojo membeberkan percakapan sebelum Kardinal Ignatius Suharyo mengikuti Conclave. Uskup Jakarta Kardinal Suharyo salah satu Kardinal yang ikut Conclave hari ini. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Jakarta, CNN Indonesia --

Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Adi Prasojo membeberkan percakapan sebelum Kardinal Ignatius Suharyo mengikuti Conclave yang mulai digelar hari ini, Rabu (7/5).

Adi turut mendampingi Kardinal Suharyo ke Vatikan. Kardinal asal Indonesia ini memenuhi syarat usia di bawah 80 tahun untuk menjadi elektor dalam pemilihan Paus baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia bertemu dan terakhir berbincang dengan Kardinal Suharyo sebelum Conclave pada Selasa.

"Obrolan kami, 'aduh kapan ya kita pulang malah mau cepat-cepat pulang,'" kaya Adi sembari tertawa saat dihubungi CNNIndonesia.com pada Rabu.

Selama Conclave, kardinal elektor ditempatkan di ruangan tersendiri tanpa alat komunikasi apapun agar terhindar dari intervensi luar.

Mereka juga disumpah untuk menjaga kerahasiaan selama proses conclave berlangsung.

Namun sebelum pemilihan paus baru dimulai, Vatikan menggelar pre-conclave. Di acara itu para kardinal berkumpul di pagi dan sore hari untuk membahas arah Gereja Katolik di masa depan dan profil Paus baru.

"Kalau sejauh Bapak Kardinal Suharyo ceritakan ya para Kardinal memberikan pendapat dari berbagai macam sudut pandang dan keilmuan. Juga dari pelbagai sudut pandang kelompok-kelompok bahasa," ujar Adi.

Ada para Kardinal yang mewakili English section, kardinal yang mewakili umat berbahasa Spanyol, hingga dari perwakilan yang berbahasa Perancis, Jerman, Italia.

"Tetapi kurang lebih juga sudah diceritakan beliau kepada kami para Kardinal berharap Paus yang baru ini betul-betul membawa gereja semakin relevan dan signifikan di tengah dunia sekarang," imbuh Adi.

Artinya, lanjut dia, Gereja Katolik membutuhkan Paus yang punya sikap terbuka seperti Paus Fransiskus.

Masa kepausan Fransiskus fokus pada isu perdamaian, membuat gereja inklusif, dan memperhatikan kelompok miskin serta yang terpinggirkan.

"Jadi kita bisa menebak lah kira-kira Pausnya seperti apa, bukan dari kelompok konservatif atau tradisionalis," ujar Adi.

Conclave kali ini diikuti 133 kardinal elektor dan banyak dari global south atau negara berkembang.

Sederet nama yang digadang-gadang menjadi paus pun bermunculan di antaranya Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina dan Kardinal dari Italia Pietro Parolin.

Namun, tak menutup kemungkinan nama lain yang tak beredar di publik yang justru terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik.

(isa/bac)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |