SinarHarapan.id – Presiden Prabowo Subianto mencanangkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada 2024, sebuah angka yang memerlukan upaya besar untuk dicapai. Dengan peningkatan daya saing Indonesia dalam World Competitiveness Ranking (WCR) dari posisi 34 pada 2023 ke posisi 27 di 2024, harapan untuk mencapai target ini terlihat lebih optimis. Namun, sejauh mana target ini realistis?
Kekuatan Utama: Daya Saing yang Meningkat
Menurut Krisna Gupta, Senior Fellow CIPS, peningkatan signifikan Indonesia di WCR disebabkan oleh lonjakan efisiensi bisnis, dari peringkat 31 pada 2022 menjadi 14 di 2024. Undang-Undang Cipta Kerja dinilai menjadi katalisator utama, menciptakan reformasi dalam birokrasi dan iklim usaha.
Keunggulan Ekonomi Domestik: Tingginya PDB dan inflasi yang terkendali menjadi faktor pendukung pertumbuhan.
Efisiensi Pemerintahan: Birokrasi yang adaptif, manajemen APBN yang bertanggung jawab, dan stabilitas Rupiah berkontribusi positif.
Baca Juga: Dampak Negatif Penaikan PPN 12 Persen terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Tantangan Besar: Infrastruktur dan Kepastian Hukum
Namun, infrastruktur Indonesia konsisten berada di peringkat rendah, yaitu posisi 50 ke atas. Faktor ini menghambat daya saing, terlebih dalam menarik investasi asing. Di sisi lain, korupsi, kepastian hukum, dan prosedur perizinan usaha masih menjadi pekerjaan rumah.
Faktor Sosial: Pengangguran Usia Muda
Tingginya pengangguran usia muda juga menjadi tantangan yang signifikan. Program seperti link and match antara sektor pendidikan dan industri harus dioptimalkan untuk memastikan tenaga kerja siap menghadapi tuntutan pasar.
Keberlanjutan Pertumbuhan Daya Saing
Indonesia mencetak poin tinggi pada aspek tenaga kerja karena upah rendah dan kebijakan pajak yang pro-bisnis. Namun, model ini tidak ideal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Negara-negara dengan upah dan pajak tinggi, seperti Jerman atau Jepang, mengandalkan inovasi dan infrastruktur untuk mempertahankan daya saing—dua hal yang masih lemah di Indonesia.
Strategi untuk Mencapai Target 8%
Untuk mencapai pertumbuhan ambisius ini, pemerintah perlu memperkuat Infrastruktur: Investasi besar di bidang transportasi, energi, dan digitalisasi.
Juga meningkatkan kepastian hukum: Reformasi hukum dan pemberantasan korupsi untuk menarik investor.
Kemudian meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja: Fokus pada kualitas pekerjaan, bukan sekadar jumlah.
Lalu, efisiensi anggaran: Struktur kabinet yang besar harus diimbangi dengan efisiensi pengelolaan anggaran.
Target pertumbuhan 8% adalah ambisius, tetapi tidak mustahil jika pemerintah berhasil menjaga momentum peningkatan daya saing dan menyelesaikan masalah struktural yang menghambat ekonomi. Dengan reformasi menyeluruh dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia berpeluang menjadi salah satu pemain utama di kancah ekonomi global.