Syekh Al Hajj Ali Hasyim Punggur, Pendakwah Islam di Lampung Tengah

1 week ago 14

SEBELUM Islam masuk, Lampung memiliki pengaruh paham animisme dan dinamisme yang memercayai kekuatan gaib, mantra maupun jimat. Hingga masuknya pengaruh Hindu-Buddha yang masih berkembang sampai saat ini. Hal tersebut dikarenakan Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-7 hingga abad ke-11.

Hal itu dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti peninggalan Sriwijaya. Di Lampung Barat, terdapat Prasasti Palas Pasemah yang ditemukan di pinggir Sungai Palas. Di Kabupaten Tanggamus, terdapat Prasasti Ulubelu yang ditemukan di daerah pedalaman sebelah barat bagian selatan. Lalu, di Lampung Barat terdapat Prasasti Harakuning yang ditemukan di tengah kebun kopi Kecamatan Balikbukit. Lampung memang menjadi wilayah yang cukup strategis, berada di sekitar Selat Malaka dan Laut Jawa yang menjadi jalur perdagangan.

Penyebaran Islam di Lampung terjadi di beberapa tempat, salah satunya adalah Tulangbawang. Penyebarannya tidak hanya melalui perdagangan, tetapi juga dengan perkawinan, pendidikan, dakwah, seni dan tasawuf (tarekat). Penyebar Islam di antaranya adalah wali, raja, dan para pedagang muslim.

Di Lampung Tengah, terdapat sosok kharismatik, yaitu Syekh Al Hajj Ali Hasyim Punggur atau lebih akrab disapa Mbah Ali. Beliau adalah pendakwah Islam di Lampung Tengah. Keunikan sarana dakwah Mbah Ali adalah dengan Tarekat (Thoriqoh) An-Naqsabandiyah al-Kholidiyah. Ia lahir dan besar di Kelutan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Terdapat sumber bahwa ia lahir pada Sabtu, 5 Oktober 1901. Bahkan Mbah Ali pernah mengatakan bahwa ia seumuran dengan Soekarno  (Supriyanto, 2023).

Sebelum ke Lampung, Syekh Al Hajj Ali Hasyim Punggur pernah mengenyam ilmu agama di Pondok Pesantren Tremas, Jawa Timur.  Lalu ia menikah dengan Siti Khalimah. Mbah Ali berprofesi sebagai pedagang rempah-rempah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ia membawa barang dagangannya dari desa menuju Kota Surabaya melalui Sungai Brantas dengan rakit bambu yang mengikuti laju arus (Dewiratna & Karsiwan, 2024).

Pada tahun 1955, Syekh Al Hajj Ali Hasyim pindah ke Lampung. Tepatnya di Metro, setahun kemudian ia berpindah ke Sidorahayu, Punggur. Kondisi Lampung masa itu sedang santer isu G30S/PKI. Suasana yang mencekam, masyarakat Lampung membutuhkan perlindungan ulama.

Kehadiran Mbah Ali di tengah-tengah masyarakat Lampung, sebagai sosok ulama yang aktif berbagai kegiatan keagamaan tersebut, membuat masyarakat Lampung merasa tenteram dan terlindungi. Selain sosoknya yang jujur, Mbah Ali juga dikenal ramah dan mudah bergaul. Cara dakwahnya juga terbilang unik, yaitu dengan berbisnis sekaligus berdakwah.

Ketika ia sedang berjualan tempe di pasar, ia berinteraksi dan mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan tarekat. Dengan mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui kegiatan rutin salat berjemaah, pengajian, manakib, dan zikir.

Bentuk peninggalan Mbah Ali di Punggur, Lampung Tengah, berupa Masjid Baitul Mustaqim, yang berdiri tidak jauh lokasinya dengan bangunan Pesantren Baitul Mustaqim dan dikelilingi oleh makam tokoh ulama yang turut serta berdakwah dengan Mbah Ali semasanya. Hingga saat ini tempat tersebut sering diziarahi oleh masyarakat sekitar dan para santri serta alumni.

Syekh Al Hajj Ali Hasyim Punggur tampaknya memiliki banyak jaringan di kalangan para ulama. Sebab, ia tidak hanya melakukan penyebaran Islam di Lampung Tengah, tetapi juga di Lampung Barat, Aceh Timur, Palembang, dan Sumatera Utara. Penyebarannya dengan melakukan kunjungan ke kediaman para kiai di daerah tersebut dan mengajarkan tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah.

Berdasarkan silsilah Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah di Lampung Tengah, Mbah Ali merupakan silsilah ke-40 dari silsilah muktabar ke-41. Artinya diakui oleh jemaahnya di Indonesia yang dipimpin oleh KH. Habib Lutfi Yahya, Pekalongan. Yang mana jemaah ini menelusuri asal-usul sanad keilmuan hingga Nabi Muhammad Saw.

Dikutib dari laman jatman.or.id, silsilah Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah hingga terhubung sampai Rasulullah adalah (1) Allah Swt., (2) Malaikat Jibril as., (3) Nabi Muhammad Saw., (4) Abu Bakar As Shiddiq ra., (5) Salman al-Farisi, (6) Syekh Qosyim Ibnu Muhammad, (7) Syekh Ja’far Sodiq, (8) Syekh Abu Yazid al Bustomi, (9) Syekh Abu Hasan al Khirqoni, (10) Syekh Abu ‘Ali al-Fadhol, (11) Syekh Yusuf al Hamdani, (12) Syekh Abdul Kholiq al- Fakhdawani, (13) Syekh ‘Arif Riwikari, (14) Syekh Ahmad Anjairi Fa’nawi, (15) Syekh ‘Ali Romitani, (16) Syekh Babas Samasi, (17) Syekh Amirul Kilal, (18) Syekh Muhammad Bahauddin An Naqsyabandi, (19) Syekh A’laudin Al Ator, (20) Syekh Ya’kub al Jarkhiyu.

Selanjutnya (21) Syekh ‘Ubaidullah Ahror, (22) Syekh Muhammad Zahid, (23) Syekh Khowajah Muhammad Darwis, (24) Syekh Maulal Karim, (25) Syekh Baqi Billah, (26) Syekh Faruqy Sirhindi, (27) Syekh Muhammad Ma’sum, (28) Syekh Syaifudin, (29) Syekh Muhammad Nur Badwani, (30) Syekh Habibullah Jana Janan, (31) Syekh ‘Abdullah Dahlawi, (32) Syekh Kholid Bagdadi, (33) ‘Abdullah Efenedi al-Makiy, (34) Syekh Sulaiman Efendi al-Quraimy, (35) Syekh Isma’il al-Barusiyu, (36) Syekh Sulaiman Eendi az-Zuhdi Sohib Majmu’atir Rosa’il, (37) Syekh ‘Ali Ridho Makkah Jabal Abi Qubais, (38) Syekh Muhammad Yahya Baron, (39) Syekh Muhammad Umar Sufyan Baron Mojo Kediri, (40) Syekh Al Hajj Ali Hasyim Punggur, (41) Syekh Al Hajj Muhammad Muhtar Ibnu Imam Ghozali Shohibul Ma’had Baitul Mustaqim.

Seperti halnya ulama-ulama lain di Provinsi Lampung, Mbah Ali menyebarkan Islam dengan cara dakwah yang sejuk dan damai sehingga pesan moral dan spritual yang beliau sampaikan benar-benar membentuk perubahan karakter keagamaan bagi masyarakat  Lampung.  *

Read Entire Article
Sinar Berita| Sulawesi | Zona Local | Kabar Kalimantan |